Well, gue tahu bahwa cowok dan cewek memang diciptakan berbeda. Cowok adalah makhluk yang lebih mengandalkan logika sedangkan cewek adalah makhluk yang lebih menggunakan perasaannya. Cara menyikapi suatu permasalahan juga berbeda.
Kalau tertekan oleh suatu masalah, cowok akan lebih bersikap nggak peduli lalu menghabiskan waktunya bersama teman-teman. Dan kemudian ketika waktu telah berlalu lama, ketika dia dalam keadaan sendiri, barulah dia 'mau' merasakan ganjalan dalam hatinya itu. Oke, mungkin hipotesis gue bisa salah. Tapi itulah yang gue dapet ketika gue dekat dengan beberapa cowok, entah sahabat atau siapapun itu. Sedikit banyak gue menelusuri psikologis mereka. Gue pernah bercita-cita jadi psikolog sih dulu.
Sedangkan cewek, ketika dapat suatu masalah, dia cenderung akan berpikir terus tentang hal itu. Menangis dan meluapkan emosinya sampai puas. Dan ketika dia sudah lega, dia akan kembali pada rutinitasnya dan melupakan hal yang mengganggu itu.
Jadi, ketika gue melihat teman gue yang putus, awal-awalnya adalah si cewek akan terus menunjukkan sisi rapuhnya. Entah itu pasang status di facebook, ngetwit galau di twitter dan lain sebagainya. Sedangkan cowok akan terlihat gembira dan biasa saja. Tapi beberapa lama kemudian, ketika si cewek sudah bangkit dari keterpurukannya, si cowok baru akan menunjukkan sisi lemahnya. Lihat kan, mereka berselisih jalan? :')
Sedikit curcol deh ya, hanya saja kalau gue nggak begitu. Biasanya, fase gue adalah :
sakit hati -> bestfriend time (mewek-mewek dan curhat sama sahabat) -> emotionless phase (jadi nggak peduli sama si pembuat masalah) -> ilfeel maksimal sama yang bikin masalah -> kembali ke diri gue yang semula dalam artian yang berbeda, dalam artian sudah move on.
Jadi, buat gue nggak ada fase-fase menggalau atau menunjukkan diri gue yang rapuh di sosial media. Cukup sahabat-sahabat deket gue saja yang tahu. Karena apa? Karena gue nggak suka dikasihanin :)
Kalaupun gue menggalau, biasanya di tempat yang tidak terjangkau oleh si pembuat masalah. Dan biasanya nggak terang-terangan begitu, tapi galaunya implisit *cielah*
Ya, dan gue adalah tipe orang yang gampang move on ketika sudah disakiti dengan amat sangat.
Tapi beberapa waktu yang lalu, ada sahabat yang bilang ke gue, kalau habis disakiti, lo nya biasa aja, jangan merusak silaturahmi ke sesama muslim. Awalnya, gue menelan mentah-mentah apa yang dia katakan. Sungguh! Gue masih nyapa balik dan berkomunikasi dengan si pembuat masalah itu dengan baik seakan nggak ada masalah.
TAPI AKHIRNYA GUE SADAR!
Setelah di-biasa-in aja begitu, orang tersebut bukannya sadar malah NGELUNJAK. Dia kira dia nggak bersalah, dia kira dia nggak berbuat dosa ke kita, dan dia kira kita baik-baik saja dengan semua perlakuannya. Bukannya introspeksi, tapi dia melenggang di atas penderitaan kita dengan santai.
Dan kemudian gue marah pada diri gue sendiri yang melakukan nasihat sahabat gue itu. Gue mulai berpikir lebih. Tapi lagi-lagi gue sadar satu hal. Biarpun orang yang sudah menyakiti kita tidak sadar dengan perbuatannya yang sudah menyakiti kita, ingatlah bahwa Allah SWT tidak pernah menutup mata. Hanya Dia lah yang berhak memberikan hukuman kepada orang tersebut. Hanya Dia lah yang tahu hukuman macam apa yang harus diterima kepada orang tersebut.
Jadi, ketika kita bermasalah dengan seseorang, ingatlah hal-hal di bawah ini :
1. Langkah awal adalah stay cool dan keep calm
Hal itu akan membuat berita miring tentang kita berkurang dan gosip yang nggak enak tidak akan muncul ke permukaan. Kalau kita bermasalah sama seseorang, nggak seharusnya seluruh dunia tahu kan? Seberapa emosinya kita, usahakan tetap tenang.
2. Cari pelarian ke hal-hal baik
Maksudnya adalah carilah obyek yang bisa mengalihkan perhatian lo. Tapi jangan hal yang buruk! Karena itu akan membuat kita semakin terpuruk dan terjatuh di jurang kehancuran. Jangan coba-coba dengan narkoba, atau minuman keras, atau bahkan pergaulan bebas. Kalau mau move on dari seseorang, jangan cari seseorang yang lain! Karena hal terpenting dari jatuh cinta adalah kesiapan dan bukan karena kesepian!
3. Jangan berhubungan sementara waktu dengan si pembuat masalah
Lupakan tentang stalking dan kepo tentang si pembuat masalah. Jangan terus kepikiran 'gimana keadaan dia sekarang ya, sama frustasinya sama gue atau malah sudah senang-senang?'. Karena kalau lo tetep memikirkan dia, dua langkah yang sudah lo lakuin di atas akan sia-sia.
4. Setelah emosi mereda, coba bersikap biasa ke dia
Maksudnya biasa adalah tidak berlebihan. Di sini, bukan berarti kita memaafkannya. Tapi di langkah ini, adalah langkah terpenting. Langkah ini menunjukkan bahwa seseorang itu memang bukan apa-apa buat kita.
5. Try to let it go
Coba ambil sisi positif dari permasalahan ini, misalkan saja jangan mudah percaya pada orang lain. Dan jadikan pelajaran berharga itu sebagai modal untuk lebih berhati-hati ke depan.
Jalani hidup lo dengan sebaik-baiknya. Lupakan masa lalu, tapi jangan lupakan pelajaran yang sudah lo dapat.
Sejauh ini gue sudah berhasil melakukan langkah-langkah itu dan hasilnya memang luar biasa. Hati gue ringan, tanpa beban. Gue sudah nggak memikirkan yang lalu-lalu dan bersiap terus maju ke depan :)
Pepatah yang selalu gue ingat dan menjadi penyemangat gue adalah :
"Because I have decided to live in the extraordinary life. With my own way!"
-Ardiana Hanatan-
See yaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar